Rabu, 18 Januari 2012

Cara Band Lokal Go International

Cara Band Lokal Go Internationalbaca selangkapnya

 

Banyak band Indonesia mulai kebanjiran order manggung di luar negeri.


INTERNET membuat batas-batas antarnegara memang tak terasakan lagi. Tidak mengherankan jika band-band lokal kini mampu menjelajah panggung, bahkan menjual album kepada publik musik di mancanegara.
Dengan internet, banyak band kini berhasil melakukan hal tersebut, yang beberapa dekade lalu barangkali hanya menjadi sebuah wacana atau impian semata.
Band metalcore asal Bandung, Bur-gerkill, misalnya, setelah tahun silam mendapatkan kesempatan menggelar konser di beberapa kota di Australia, tahun ini mereka bakal tampil dalam festival musik internasional, Big Day Out (BDO) 2010.
Bahkan, booting agent Burgerkill di Australia juga tengah menjajaki kemungkinan menggelar beberapa show tambahan di sana nantinya. Itu memang cukup membanggakan karena ajang BDO dikenal sebagai sebuah festival musik besar yang menghadirkan musisi-musisi kelas dunia. Burgerkill dijadwalkan akan membuka konser band metal Mastadon.
Kelima personel BK, Eben (gitaris), Vicky (vokalis), Ramdan (basis). Agung (gitaris), dan Andris (drumer), tidak lama lagi kembali berperualang di panggung-panggung musik Negeri Kanguru. Sementara itu, band asal Sayidan, Yogyakarta, kini pun sudah terbiasa manggung di depan bule setelah menjalani tur di beberapa negara Eropa dan Australia.
Virus doggy sry/r--sebutan untuk aliran musik mereka-berhasil mereka sebar di publik musik mancanegara. Pada 2010, Shaggy Dog sudah konfirmasi untuk rencana manggung ke Australia dan summer tour ke beberapa negara di Eropa selama satu bulan.
"Kami mulai berpikir untuk membuat album dengan komposisi 70% berbahasa Inggris. Sisanya bahasa Indonesia. Kami melihat ada peluang di sana," kata Heru, vokalis Shaggy Dog, yakin.
Shaggy Dog yang beranggota Heru (vokalis), Richard (gitaris), Raymond (gitaris), Bandizt (basis). Lilik (keyboardist), dan Yoyo (drumer) kali pertama tampil di luar negeri pada 2004, dalam rangka promosi album ketiga Hot Dogz. Mereka pentas di Belanda lewat Festival Mundial Production.
Tur pertama Shaggy Dog di Negeri Kincir Angin berlangsung di 14 kota. Sambil mencari nama, mereka mendapatkan uang tambahan dari hasil penjualan sekitar 500 keping album selama pentas di Belanda. Shaggy Dog yang kini bernaung di bawah perusahaan rekaman Fame Entertainment itu pernah pula rekaman di studio VVissellord, yang dulunya pernah dipakai rekaman The Police, Metallica, dan Mick Jagger.
Kabar terbaru muncul dari Glenn Fredly. Dia dijadwalkan buat tampil di Singapura, 5 Februari mendatang. Itu merupakan kali pertama Glenn Fredly tampil di Negeri Singa tersebut.
Dia akan tampil di acara bertajuk Lovevolution A Musical Love Journey from the Romantis Singer, yang bertempat di Esplanade Theatre.
Di sana, Glenn Fredly akan membawakan lagu-lagu bitnya dan beberapa lagu baru, yang dibawakan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Itulah beberapa musikus lokal yang siap manggung di luar negeri. Mereka pun punya kiat agar dikenal publik asing.
Dalam sebuah kesempatan, Eben dari Burgerkill menyatakan salah satu pelajaran berharga yang didapatkan dari pentas di luar negeri adalah pentingnya promosi dan segala persiapan yang matang bagi sebuah band untuk go international. Menurutnya, promosi tanpa henti di internet merupakan langkah paling efektif. Heru dari Shaggy Dog pun senada. Apalagi sekarang ini internet sudah menjadi wabah dunia.
Melalui internet, dokumentasi video band dapat ditonton banyak orang. Hal itu bisa dilakukan dengan situs jejaring sosial seperti Myspace. Selain itu ada milis, Facebook yang lebih sering digunakan untuk sekadar ngobrol santai dengan penggemar atau promotor di luar negeri.
Dan berdasarkan pengalaman, Shaggy Dog sering dihubungi agen-agen luar negeri karena gencarnya promosi di internet.
Cari dana
Namun, jangan disangka setelah diundang oleh promotor luar negeri, sebuah band atau musikus langsung mendapat honor tinggi. Band-band yang baru sekali tampil dan bekerja sama dengan promotor luar negeri biasanya dibayar tidak terlalu besar. "Pertimbangannya bukan soal bayaran. Tapi kesempatan tampil di panggung internasional," imbuh Heru.
Honor tidak seberapa itu harus bisa diakali kelompok band yang akan tampil di luar negeri. Burgerkill, misalnya, yang tampil di Australia tahun lalu, beruntung mendapat tambahan ongkos lewat penggalangan dana dalam konser yang didukung Pemprov Jawa Barat.
Band lain yang juga melakukan swadaya seperti Mocca yang tampil di Singapura-Malaysia lima tahun silam, mengumpulkan dana lewat beberapa clothing company di Bandung. Hal serupa juga dilakukan The SIGIT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar